Allah menguji hambanya karna sadar bertapa berharganya dia itu

Allah menguji hambanya karna sadar bertapa berharganya dia itu



Ketika orang lain tengah terbuai dengan mimpi, perlahan kubuka mataku di tengah keheningan malam. Ku panjatkan doa dengan hati bergetar. Ku langkahkan kakiku untuk mengambil air wudhu. Kemudian aku hanyut dalam rangkaian ibadah tahajudku. Ku berdoa kembali dengan linangan air mata. Ku adukan kesedihanku pada dzat yang maha kuasa. Tanpa ku pinta, ingatanku kembali kepada peristiwa tragis yang telah merenggut nyawa kedua orang tuaku.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 30 september 2009. Gempa hebat berkekuatan 7,6 SR telah mengguncang kota kelahiranku. Orang tuaku menjadi korban keganasan gempa tersebut. Aku selamat dari gempa karena kebetulan aku tinggal di kota metropolitan, menuntut ilmu di Universitas Indonesia. Badanku lemas, hatiku hancur ketika pamanku yang selamat dari gempa memberi kabar kepadaku bahwa orang tuaku telah meninggal dunia. Mayatnya tertimbun oleh puing-puing bangunan. Kala mendengar berita buruk tersebut, tubuhku ambruk sampai 4 kali. Kakiku gemetar. Aku tidak sempat melihat wajah orang tuaku karena mayat mereka di kubur massal dengan korban gempa lainnya.

Kujalani hari-hariku dengan perasaan sedih. Aku banyak melamun dan menyendiri, sehingga aku nyaris hampir gila. Tapi sahabatku, “Fatimah” terus mengingatkan aku akan dua kata indah yaitu SABAR dan IKHLAS.
“sabar itu memang sulit, tapi kita harus bisa mey..” ucap fatimah dengan suara lembut
“aku sudah tak kuat lagi fatimah, hiks… hiks…” ucapku sambil menangis
“mey… Allah menguji seseorang karena allah sayang pada orang yang di uji tersebut, kamu tahukan nabi-nabi Ulul ‘Azmi ?” tanya fatimah sambil tersenyum
Kujawab dengan anggukkan kepala.
“nabi-nabi Ulul ‘Azmi itu adalah nabi-nabi pilihan, cobaan mereka begitu berat mey, tapi mereka terus bersabar dan ikhlas, sehingga Allah membalasnya dengan syurga, apakah kamu mau masuk syurga?” tanya fatimah lagi
“aku mau masuk syurga, fat” jawabku sambil menahan air mata yang terus membasahi pipiku.
“maka bersabarlah mey, semoga cobaan ini menjadi pahala bagimu, kita ambil hikmahnya saja, kamu jangan terlalu larut dalam kesedihan karena itu tidak di sukai oleh Allah swt”
“terima kasih fatimah, kamu selalu mengingatkan aku akan kemaha besaran Allah, kalau tidak ada kamu mungkin sekarang aku sudah menjadi penghuni rumah sakit jiwa”
“sesama saudara kita harus saling mengingatkan”

Hari-hariku terasa lebih indah setelah mengenal dua kata penuh hikmah, SABAR dan IKHLAS. Ku doakan kedua orang tuaku dengan hati yang ikhlas karena Allah swt. Aku tidak mau berlarut terus dalam kesedihan. Karena itu akan membuatku kehilangan akal sehatku. Kurasakan kasih sayang Allah begitu besar. Walaupun Allah telah mengambil tongkat hidupku, tapi aku masih bisa melanjutkan studiku di kota metropolitan ini. Insya Allah aku akan bisa menggapai cita-citaku.
“meyda pasti bisa …ALLAHUAKBAR…”

Anda mungkin menyukai postingan ini